Selasa Sejarah Ambarketawang (27 Juni 2023)

 

Perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 mengakibatkan Mataram terbagi 2, yaitu:
1. Kasunanan Surakarta,
2. Kasultanan Ngayogyakarta.
Pada 9 Oktober 1755 Pangeran Mangkubumi memerintahkan agar Pesangggrahan Ambarketawang disiapkan untuk menjadi kraton dan pusat pemerintahan sementara. Dari Pesanggrahan Ambarketawang inilah Pangeran Mangkubumi menjalankan pemerintahan dan mengawasi pembangunan Kraton Ngayogyakarta yang terletak di area Hutan Pabringan.
Pembangunan Kraton Yogyakarta banyak mengambil bahan bangunan berupa batu kapur dari bukit gamping dari wilayah sekitar Pesanggrahan Ambarketawang.
Bersamaan dengan selesainya pembangunan kraton, pada tanggal 7 Oktober 1756 Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I kemudian “boyongan” ke Kraton Ngayogyakarta dan menjalankan pemerintahannya dari kraton yang baru.
Sampai dengan tahun 1916, sesuai dengan Rijksblad Kasultanan Yogyakarta No 11 Tahun 1916, tercatat ada 4 kalurahan di wilayah sekitar Pesanggrahan Ambarketawang, yaitu;
1. Kalurahan Mejing
2. Kalurahan Gamping
3. Kalurahan Bodeh
4. Kalurahan Kalimanjung
Dalam perjalanan waktu, untuk pertimbangan efektivitas otonomi dan penyelenggaraan pemerintahan di kalurahan, Sri Sultan HB IX mengeluarkan Maklumat Nomor 6 tanggal 19 April 1946 dan Maklumat Nomor 5 Tahun 1948, yang menggabungkan kalurahan-kalurahan lama membentuk kalurahan baru.
Berdasar maklumat tersebut, 4 kalurahan lama di atas kemudian bergabung menjadi satu bernama “Kalurahan Ambarketawang” sampai saat ini.
Ambar berarti harum/mencium/meneliti, Ketawang berarti tinggi. Sehingga secara teknis Ambarketawang diartikan sebagai tempat tinggi yang digunakan untuk memastikan arah/melakukan pengawasan.
Ambarketawang secara filosofis bisa juga diartikan sebagai tempat tinggi yang harum mewangi.
Pemerintah Kalurahan Ambarketawang mengambil “tenger” waktu masuknya Pangeran Mangkubumi ke Pesanggrahan Ambarketawang (9 Oktober 1755) sebagai awal mula keberadaan Ambarketawang serta ditetapkan menjadi hari Jadi Kalurahan Ambarketawang.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*